toc

 

   Sebuah fakta yang kita ketahui adalah dunia telah memasuki Revolusi Industri 4.0. Namun, apakah kita mengerti arti Revolusi Industri yang sebenarnya? Pertama, revolusi sendiri adalah perubahan yang terjadi dalam jangka waktu yang pendek. Revolusi Industri secara umum dapat diartikan sebagai perubahan secara cepat dan global dalam bidang teknologi, sosial ekonomi, dan budaya.

   Benar, kita sudah memasuki Revolusi Industri 4.0. Sebelumnya, dunia telah mengalami Revolusi Industri sebanyak tiga kali. Berikut ilustrasi guna mempermudah pemahaman kita mengenai Revolusi Industri yang telah terjadi.

 

toc1

Bagan Revolusi Industri sumber: LinkedIn

 

   Setiap Revolusi Industri tidak hanya memiliki dampak positif. Namun, ada beberapa dampak negatif yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Salah satu dampak yang krusial adalah Disparitas Tenaga Kerja, yang keberadaannya sejak Revolusi Industri I, mempengaruhi kehidupan dan memberi perubahan yang signifikan dalam tatanan hidup masyarakat.

 

1524813080040

Anak-anak sebagai Buruh Industri

sumber: https://firstindustrialrevolution.weebly.com/working-and-living-conditions.html

 

   Kondisi kerja dalam Revolusi Industri I dapat dikatakan sangatlah payah. Berubahnya sektor perekonomian secara besar-besaran ini menyebabkan para pekerja dengan mata pencaharian lain, terutama petani, kehilangan arah. Namun, pabrik-pabrik yang baru dibangun tentu saja membutuhkan buruh. Melihat begitu banyak masyarakat yang membutuhkan pekerjaan dan kebersediaan mereka atas upah yang rendah, pemilik pabrik memanfaatkan keadaan ini untuk membuka lowongan pekerjaan sebesar-besarnya, mempekerjakan buruh dari pria, wanita, bahkan anak-anak dengan kisaran 14-16 jam perhari nya, selama enam hari dalam satu minggu. Keadaan yang genting ini mendorong dibentuknya Labor Unions, atau Serikat Pekerja, yang sayangnya tidak memberi perubahan besar dalam tindakan protesnya karena imigran dari negara-negara miskin tetap bersedia bekerja dengan upah yang sangat rendah.

   Konflik tenaga kerja berlanjut pada Revolusi Industri II dengan latar belakang yang sama, ditambah lagi dengan meluasnya penggunaan mesin di bidang manufaktur, peningkatan dalam penggunaan tenaga uap, dan masuknya dunia ke dalam periode awal elektrifikasi atau penggunaan listrik sehingga kebutuhan terhadap tenaga kerja semakin berkurang.

 

1524813062261

Mesin Mulai Menguasai Revolusi Industri II

sumber : https://open-your-innovation.com/en/2016/11/18/toward-the-third-industrial-revolution-optimizing-resources/

 

   Namun, mayoritas pabrik masih menggunakan tenaga kerja manusia atau manual, sehingga para pemilik pabrik kembali menjadikan kesempatan ini sebagai ajang memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan upah tenaga kerja yang serendah-rendahnya. Mogok kerja dan aksi-aksi demo dilaksanakan, pada awal 1880, tercatat ada sekitar 500 kali aksi ini dilakukan dalam jangka waktu satu tahun yang melibatkan sekitar 150.000 pekerja. Serikat pekerja yang dibentuk dari Revolusi Industri I sampai awal Revolusi Industri II rupanya tidak memberikan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan pekerja.

 

1524813065797

Teknologi Menggeser Eksistensi Tenaga Manual

sumber: http://www.economist.com/node/21552901

 

   Pabrik manufaktur bekerja lebih efisien dan lebih ekonomis. Bagaimana tidak? Input yang diperlukan berkurang dengan cukup signifikan, terutama input L, atau tenaga kerja. Manusia harus meningkatkan kualitas dirinya dalam menghadapi proses “seleksi alam” yang efeknya begitu besar di Revolusi Industri ke-III ini.

 

Discussion

    Revolusi Industri 4.0 telah dirasakan sejak beberapa tahun belakangan ini. Namun, masih banyak pihak yang belum menyadari akan kehadiran revolusi industri ke 4.0. ​Di era revolusi industri keempat ini, terjadi fusi berbagai kemajuan teknologi. Inovasi bergerak cepat dan semua serba terkoneksi. Ini eranya ​internet of things (IoT), bahkan ​internet of everything yang ditandai dengan adanya kecerdasan buatan (​artificial intelligence ), s​elf driving car, 3D printing , dan teknologi pintar lainnya. Lantas, apa dan bagaimana sesungguhnya Industri 4.0? Istilah ini pertama kali dikenal di Jerman pada 2011.

   Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada pertemuan tahunan WEF 2015, menjelaskan Industri 4.0 tak lain mengintegrasikan dunia online dengan produksi industri. Ringkasnya, bayangkan sebuah pabrik pintar yang di dalamnya mesin-mesin dan robot mampu bekerja menjalankan tugas-tugas rumit, bertukar informasi, saling memberi dan menerima perintah secara otomatis tanpa melibatkan manusia. Tentu hal tersebut dapat mempengaruhi penurunan permintaan pada pasar tenaga kerja sehingga akan terjadi kesenjangan atau biasa dikenal dengan Disparitas Tenaga Kerja.

   Disparitas Tenaga Kerja merupakan suatu keadaan dimana angkatan kerja kehilangan kesempatan dalam memperoleh suatu pekerjaan disebabkan oleh kemajuan teknologi dan informasi. Dampak terhadap penurunan permintaan pada pasar tenaga kerja yang cukup besar. Dengan kemajuan teknologi dan informasi yang terus mengalami perubahan dengan cepat , hal tersebut dapat mempengaruhi berbagai industri untuk lebih memilih alternatif yang sifatnya lebih efisien. Boston Consulting Group telah memperkirakan bahwa pada tahun 2025 sebanyak seperempat pekerjaan yang tersedia saat ini akan digantikan oleh perangkat lunak cerdas atau robot. Sebuah studi dari Universitas Oxford juga mengemukakan bahwa sebanyak 35 persen pekerjaan yang ada di Inggris dapat berisiko otomasi dalam 20 tahun ke depan.

 

1524813070819

source : Oxford Economic Forecasting;US Bureau of Labor statistic

 

   Diagram tersebut menunjukkan data pada beberapa negara paling terancam tenaga kerjanya tergantikan oleh teknologi automasi. Rata-rata setengah dari jumlah total tenaga kerja diperkirakan akan secara langsung terganti oleh automasi. Automasi merupakan sebuah teknologi yang menggunakan mesin, elektronik dan sistem komputer untuk mengoperasikan dan mengendalikan proses produksi. Salah satu hal yang dinilai paling berpengaruh terhadap disparitas tenaga kerja pada Revolusi Industri 4.0.

1524813073800

sumber : Deloitte

 

   Seperti informasi yang tertera pada gambar diatas, sejak tahun 2001 sebanyak 32,900 Sekretaris dan 30,100 Akuntan di London kehilangan pekerjaannya di karenakan oleh kemajuan teknologi. Beberapa jenis pekerjaan diatas di nilai paling terancam keberadaannya tergantikan oleh teknologi automasi. ​Salah satu manfaat terbesar peningkatan automasi akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, dan pada akhirnya barang lebih murah lalu pendapatan disposable yang lebih tinggi. (Martin Ford:2017) Pekerjaan yang paling berisiko adalah pekerjaan yang "pada tingkat tertentu bersifat rutin, berulang dan mudah ditebak”. Namun, selain terdapat pekerjaan yang keberadaannya terancam disisi lain terdapat pula pekerjaan yang paling tidak berisiko mengalami automasi, seperti yang dijelaskan oleh gambar dibawah ini beberapa pekerjaan seperti supir truck dianggap paling tidak terancam digantikan oleh automasi mesin. Selain itu diagram tersebut di tahun 2003-2004 & 2013-2014 menunjukkan perubahan jumlah pendapatan terhadap pertumbuhan pada tenaga kerja sebanyak 462,000 pekerjaan didapat pada layanan kesehatan, 52,000 pekerjaan hilang pada bidang pertanian dan 96,000 pada bidang manufaktur.

 

1524813076926

Source : Federal Government

 

   Melalui beberapa contoh diagram diatas kita dapat menyimpulkan bahwa peluang dalam memperoleh pekerjaan setiap tahun akan semakin berkurang, kemajuan teknologi yang tidak dapat di kendalikan oleh setiap manusia tentunya akan mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Hal tersebut dapat disikapi dengan cara meningkatkan produktivitas serta keterampilan pada setiap individu agar mampu bersaing dengan maraknya automasi.

 

Conclusion

   Revolusi Industri terhadap Disparitas Tenaga Kerja memberikan berbagai dampak dalam kehidupan manusia baik positif maupun negatif. Dalam sisi positif dengan adanya hal tersebut tentu akan sangat menguntungkan selain menekan biaya produksi, meningkatan kuantitas tanpa merubah kualitasnya serta mempermudah berbagai pekerjaan manusia. Namun, di sisi lain ada hal negatif yang tentu akan mendampinginya, penurunan jumlah permintaan terhadap tenaga kerja dapat menjadi indikator utama penyebab pengangguran.

Hits 2422